A. PENGUJIAN PENETRASI SONDIR (SONDERING TEST)
Adapun maksud dan tujuan dari pengujian
penetrasi sondir (sondering test) adalah untuk mengetahui perlawanan/tahanan
penetrasi konus/ujung (end
resistance/cone resistant) dari lapisan tanah pendasar yang dinyatakan
dalam kg/cm2 dan hambatan lekat (skin friction) yaitu gaya perlawanan konus
atau bikonus yang dinyatakan dalam kg/cm.
Alat Sondir
yang digunakan dalam pegujian ini adalah alat sondir type Dutch
Penetrometer dengan kapasitas 2,50 ton yang mempunyai
konus seluas 10 cm2, sudut lancip kerucut 60o untuk mengukur perlawanan ujung,
dan dilengkapi mantel (sleave) yang berdiameter sama
dengan konus dan luas selimut 100 cm2 untuk mengukur lekatan
(friction) dari lapisan tanah.
Perlengkapan
peralatan dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
·
Alat Sondir 1 unit
·
Manometer skala 60 kg/cm2.
·
Manometer skala 250 kg/cm2.
·
Pipa besi batang sondir
dengan panjang 1 meter
lengkap dengan batang dalam sebanyak 25 batang.
·
Bikonus 1 buah.
·
Angker pengikat
·
Kunci-kunci.
·
Gastrol olie.
·
Minyak gemuk.
·
Peralatan dan bahan lainnya.
Pelaksanaan sondir
dimulai dengan melakukan pengangkeran/pengikatan alat sondir agar peralatan pada
saat pelaksanaan pengujian tidak goyang dan posisi alat sondir tegak. Pekerjaan pengujian sondir dilaksanakan
setelah pipa batang sondir disambung ke
bikonus dan pengujian baru dapat dimulai pelaksanaannya setelah posisi alat
sondir tegak lurus dan gastrol olie diisi sampai penuh serta
gelembung-gelembung udara dikeluarkan dari hidrolik.
Untuk
mendapatkan data tahanan/perlawanan ujung/konus (end resistance/cone
resistant), tahanan geser/lekat setempat (local skin friction) dan
total tahanan (total skin friction), konus ditekan ke dalam tanah dengan
tenaga mekanis dengan cara memutar stang dari peralatan sondir.
Pembacaan manometer sondir dilakukan setiap
interval 20 cm, sedangkan kecepatan pengujian penetrasi
sondir dilakukan dengan kecepatan maksimum 1 cm/detik,
dimana setiap kedalaman 1 meter penyondiran dilakukan penyambungan
pipa/batang sondir. Pada pembacaan
tahanan/perlawanan ujung konus (end resistance/cone resistant) sebesar
0 - 45 kg/cm2 dipergunakan manometer skala 60
kg/cm2 dan pembacaan, sedangkan pembacaan lebih besar 45
kg/cm2 digunakan manometer skala 250 kg/cm2. Hasil pembacaan ini ditulis ke dalam format
data sondering test
2.2. PENGUJIAN PENGEBORAN DENGAN BOR MESIN DAN STANDARD PENETRATION
TEST
Penyelidikan
tanah dengan pengeboran ini dilakukan dengan alat
bor mesin dengan peralatan dan bahan yang digunakan sebagai berikut :
·
Bor
Mesin
·
Pompa
·
Tripot
·
Casing
·
Mata bor (lengkap dengan core single/core barel)
·
Kepala
tabung
·
Kepala
penumbuk
·
Tabung
sample
·
Split spoon sample
·
Hammer
berat 63.5 kg
·
Batang/pipa
bor
·
Kunci-kunci
·
Slang
air
·
Parafin
dan perlengkapan serta bahan lainnya.
Pengujian pengeboran
bertujuan untuk membuat lobang pada lapisan tanah untuk :
·
Mengetahui
susunan lapisan tanah pendukung secara visual dan terperinci.
·
Mengambil
sample tanah terganggu (distrubed sample) lapis demi lapis sampai kedalaman
yang diinginkan untuk deskripsi dan klasifikasi tanah (visual soil clasification) dan juga
digunakan sebagai bahan pengujian laboratorium.
·
Mengambil
sample tanah tak terganggu (undistrubed sample) untuk bahan pengujian di
laboratorium.
·
Melaksanakan
pengujian standard penetration test (SPT) setiap interval 3 meter.
·
Mengamati
dan melaksanakan pengukuran kedalaman muka air tanah (Ground Water Level
disingkat GWL).
Pada
sewaktu pengeboran lobang bor
dilindungi dengan casing agar tidak
terjadi kelongsoran sehingga diperoleh hasil pengeboran yang baik
dimana contoh tanah (sample) tidak tergangu oleh tanah longsoran. Untuk tanah lunak (soft soil) pengeboran
harus dilakukan dengan casing berputar, drilling rod dan ujung casing diberi
mata bor. Bila ditemui tanah keras maka pemboran harus dilakukan dengan diamond
bit.
Pengambilan sample tak terganngu dilakukan dimana
setelah pengambilan contoh tanah (sample), tabung contoh (tube sample) ditutup
dengan parafin untuk mencegah penguapan pada contoh tanah tersebut dan pada
tabung diberi kode titik bor dan kedalaman pengujian. Contoh tanah ini dibawa
ke laboratorium untuk bahan/sample pengujian Laboratorium.
Tabung contoh tanah yang digunakan adalah
stainless tube sample ukuran OD (outer
diameter) 3 inch dan ID
(internal diameter) 2 7/8 inch, tebal tabung 1/16 inch dan panjang 50 cm.
Pengujian standard penetration test (SPT) dilakukan
setiap interval kedalaman pemboran 2 meter.
Tabung SPT harus mempunyai ukuran OD 2 inch, ID 1 3/8 inch
dan panjang 24 inch dengan tipe split
spoon sample.
Hammer yang dipakai mempunyai berat 140 lbs
(63,5 kg) dan tinggi jatuh bebas hammer
adalah 30 inch (75 cm). Tabung SPT ditekan kedalaman dasar lobang sedalam 15
cm, kemudian untuk setiap interval 15 cm dilakukan pemukulan dan perhitungan jumlah
pukulan untuk memasukkan split spoon sample ke dalam tanah sedalam (3 x 15) cm.
Jumlah pukulan tersebut merupakan angka N dari pelaksanaan SPT dimana nilai N
yang diperhitungkan adalah jumlah
pukulan pada 15 cm kedua dan 15 cm
ketiga (2 x 15 cm = 30 cm).
2.3. PENGUJIAN LABORATORIUM (LABORATORY TEST).
Contoh tanah
terganggu (disturbed sample) dan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed
sample) yang diambil dari lapangan dilaksanakan pengujian
Laboratorium untuk mengetahui sifat-sifat tanah yaitu sifat-sifat pengenal
(index propperties) dan sifat-
sifat teknis (engineering
properties).
Cara pelaksanaan pengujian laboratorium untuk tanah
loose dilaksanakan menggunakan sistem Remoulded dari bahan contoh tanah terganggu.
Metode pengujian laboratorium menggunakan metode dan
standar American Society for Testing
Material (ASTM) yang meliputi
pengujian sebagai berikut dibawah ini.
2.3.1.
Pengujian Index Properties
1. Pengujian Kadar Air (Moisture Content Test)
Kadar air di
defenisikan sebagai perbandingan antara berat air dengan berat butir tanah.
Prosedur pengujian tanah untuk menentukan kadar air dilaksanakan dengan tahapan
berikut :
a. Persiapan Bahan Uji
Bahan tanah untuk benda uji diambil
sebagian dari contoh tanah tidak terganggu yang telah diambil dari lapangan
b. Persiapan Peralatan
Peralatan yang digunakan antara
lain neraca dengan ketelitian 0.01 gram, krus atau cawan kecil, oven pengering
dan peralatan tambahan lainnya berupa alat tulis dan tabel pencatat data dan
hasil pengujian.
c. Penentuan Kadar Air
Benda uji yang telah di persiapkan
dimasukkan kedalam cawan yang telah diketahui berat dan tanda cawannya,
kemudian dimasukkan kedalam oven pengering. Selam 24 jam dengan suhu ± 1050 C. Setelah tanah dalam cawan kering ditimbang dan
beratnya dicatat. Misalkan :
Berat cawan +
tanah basah, = W1 gram
Berat cawan +
tanah kering, = W2 gram
Berat cawan
kosong, = W3 gram
Maka kadar air :
(2-1)
Hasil pengujian kadar
air dapat dilihat pada lampiran Tabel data dan hasil pengujian dapat dilihat
pada lampiran - 2.4. dan 3.3.
2. Pengujian berat jenis (Spesific Gravity Test)
Berat
jenis (Spesific Gravity Test) adalah perbandingan berat satuan bahan
dengan berat satuan air.
Prosedur penentuan berat jenis tanah
di laboratorium dilaksanakan sebagai berikut :
a. Persiapan Benda Uji
Bahagian dari sampel tanah tidak
terganggu dikeringkan dan disaring lolos saringan no 10.
b. Persiapan Peralatan
Peralatan yang digunakan antara lain
timbangan dengan ketelitian 0.01 gram, tabung picnometer, dan bak air.
a.
Bahan Dan Peralatan Yang
Lain
Air
suling, alat tulis dan tabel pencatat hasil pengujian.
d. Penentuan Berat Jenis
·
Piknometer dalam keadaan bersih
ditimbang, = W1 gram
·
Piknometer yang bersih diisi
dengan air suling sampai batas yang ditentukan dan ditimbang pada suhu 240 C = W4
gram
·
Piknometer yang bersih diisi
benda uji tanah, = W2 gram
·
Piknometer yang berisi benda
uji tanah diisi dengan air suling sampai proses vori tanah terisi air suling
sampai batas, = W3 gram
(2-2)
Hasil pengujian Berat Jenis dapat
dilihat pada lampiran Tabel data dan hasil pengujian dapat dilihat pada
lampiran – 2.5 dan 3.4.
3. Analisa Saringan (Sieve Analysis Test)
Sifat-sifat tanah tertentu banyak
tergantung kepada ukuran butirannya, besar butiran tanah juga merupakan dasar
untuk mengklasifikasikan dan mendeskripsikan tanah. Biasanya suatu macam tanah
tertentu terdiri dari butir-butir yang termasuk beberapa golongan tanah yang
ukuran butirannya kecil dikatakan bergradiasi baik. Bilamana terdapat
kekurangan atau kelebihan salah satu ukuran butir tertentu maka dikatakan
bergradasi buruk. Sedangkan bilamana besar butirannya hampir semua sama
dikatakan tanah tersebut bergradasi seragam.
Untuk lapisan tanah berbutir halus
seperti lempung dan lanau sifatnya lebih baik ditunjukkan oleh besaran indeks
plastisnya daripada distribusi ukuran butirannya.
Prosedur pengujian analisa saringan
di laboratorium dilaksanakan sebagai berikut :
a. Persiapan Benda Uji
Benda uji untuk analisa saringan
digunakan sebagian dari tanah tidak terganggu yang telah dibawa dari lapangan.
Benda uji ini dikeringkan dan dipisahkan butiran tanahnya dengan cara memukul
gumpalan butiran dengan martil karet (tetap dijaga agar butiran tanah tidak
hancur). Setelah ditimbang siap dimasukkan pada susunan saringan tertentu,
sesuai dengan Amerika Society for Testing Material (ASTM).
b. Persiapan Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah
saringan dengan susunan nomor saringan yang dipersyaratkan, timbangan alat
pengering dan pembersih dan mesin penggetar saringan.
c. Penentuan gradasi butiran
Benda uji yang telah dipersiapkan
dan ditimbang beratnya dimasukkan kedalam satu susunan saringan selanjutnya
susunan saringan dimasukkan kealat penggetar selanjutnya untuk diadakan
penggetaran ± 15 menit.
Setelah penyaringan diadakan
kemudian benda uji yang tertahan untuk setiap nomor saringan tersusun ditimbang
dan dicatat.
Nomor serta susunan saringan hasil
pengujian untuk setiap pengujian dicantumkan pada tabel data.
Hasil pengujian analisa saringan
dapat dilihat pada lampiran 2.6, dan 3.5.
4. Pengujian Batas
Konsistensi Atterberg (Aterberg Limit Test)
Suatu contoh tanah berbutir halus
dicampur air sehingga mencapai keadaan cair, jika campuran ini dikeringkan
secara perlahan-lahan maka tanah ini akan melalui beberapa keadaan tertentu,
seperti gambar berikut :
Keadaan Cair Keadaan
Plastis Keadaan Semi
Plastis Keadaan kering
Batas Cair
Batas Plastis Batas
Pengerakan
(Liquid Limit) (Plastis Limit) (Shrinkage Limit)
Gambar
1. Skema Batas Atterberg
Batas-batas Atterberg
yang paling penting adalah Batas Cair dan batas Plastis. Batas-batas Atterberg
dapat menggambarkan secara garis besar sifat-sifat tanah. Tanah yang mempunyai
batas cair tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang buruk yaitu kekuatannya
rendah, compressibilitynya tinggi, sulit dipadatkan. Untuk jenis tanah tertentu
batas-batas Atterberg dapat dihubungkan secara empiris dengan sifat lainnya
seperti kekuatan geser atau compression index.
Pengujian
Batas-batas atterberg yang dilakukan adalah pengujian batas cair dan pengujian
batas plastis.
A. Pengujian Batas Cair (Liquid Limit)
Batas cair didefenisikan sebagai
harga kadar air tanah pada keadaan batas antara cair dan plastis untuk
menentukan besaran ini diadakan pengujian sebagai berikut :
a. Persiapan
Benda Uji
Benda uji tanah untuk menentukan
besaran batas cair diambil dari contoh tanah tidak terganggu. Benda uji seberat
100 gram (untuk benda uji batas cair dan batas plastis), lolos saringan No. 40
b. Persiapan
Peralatan
Peralatan yang diggunakan adalah
timbangan dengan ketelitian 0.01 gram, alat batas Atterberg standard, Grooving
Tool, Spatula, Cawan, Plat kaca 45 x 45 x 0.9 cm3, oven pengering,
scop pengaduk dan alat pembersih dan pengering peralatan.
c. Pengujian
Batas Cair (Liquid
Limit)
Benda uji yang telah dipersiapkan
dibagi dua (untuk dua jenis pengujian). Sebagian dari tanah ini diletakkan
diatas plat kaca dan diaduk agar keadaannya homogen. Benda uji yang telah
homogen ini disendok sebagian dimasukkan kedalam cawan alat batas cair,
permukaan benda uji dalam cawan diratakan sejajar dengan bidang horizontal,
pembuatan alur dilakukan membagi dua benda uji dalam cawan dengan grooving tool
kemudian diadakan pengetukan dengan cara memutar engkol alat batas cair sampai
alur yang membagi dua benda uji diatas cawan bertemu sepanjang 1.3 cm. Setelah
keadaan ini dicapai jumlah ketukan dicatat dan diperiksa kadar air benda uji.
Hal yang sama diulang hingga terdapat minimal empat jumlah ketokan/pukulan yang berbeda dengan kadar air yang berbeda pula yaitu dua jenis jumlah
ketokan/pukulan dibawah dua puluh lima dan dua
jenis jumlah ketokan diatas dua puluh lima
ketokan. Hasil ini digambarkan dalam grafik, kadar air (ordinat) versus jumlah
pukulan (absis). Besar batas cair diambil dari jumlah n dua puluh lima pukulan.
B. Penentuan Batas Plastis (Plastis Limit)
Bagian benda uji yang telah
dipersiapkan pada saat pengujian batas
cair diletakkan diatas plat kaca dibentuk dengan cara mengulung hingga
berdiameter ± 3.0 mm dengan panjang ± 7 cm sampai keadaan permukaan retak-retak. Untuk mencapai kondisi
ini benda uji tanah digeleng-gelengkan diatas plat kaca dengan telapak tangan.
Setelah kondisi diatas dicapai kadar air tanah uji diperiksa. Kadar air yang
diperoleh merupakan besaran batas plastis.
Hasil pengujian
Batas Cair dan Batas Plastis dapat
dilihat pada lampiran tabel data dan
hasil pengujian pada lampiran 2.7 dan
3.6.
2.3.2. Pengujian
Engineering Properties
1. Pengujian Berat Satuan Isi (Natural Density Weight)
Berat satuan isi didefenisikan
sebagai perbandingan antara berat tanah dengan volume tanah. Berat satuan isi
dapat sebagai petunjuk awal tentang kepadatan suatu lapisan tanah, semakin
padat suatu lapisan tanah dimungkinkan beban yang dapat dipikulkan kepadanya
semakin besar pula. Oleh karena itu berat isi merupakan petunjuk awal tentang
kekuatan satuan lapisan tanah. Semakin besar berat isi semakin besar beban yang
dapat dipikulnya.
Prosedur untuk
menentukan Berat Isi Tanah :
a. Persiapan Benda Uji
Benda uji yang digunakan adalah
benda uji tanah tidak terganggu yang diperoleh dari titik bor mesin lokasi
pengambilan benda uji di lapangan.
b. Persiapan
Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah
Extruder yaitu alat pendorong benda uji dari tabung yang berisi benda uji,
timbangan ketelitian 0.01 gram, gergaji pemotong benda uji, cincin penguji yang
telah diketahui volumenya.
c. Menentukan berat isi dikerjakan sebagai
berikut :
Tanah benda uji dari dalam tabung di
dorong pakai extruder dan diterima/dimasukkan ke dalam cincin penguji tanpa
mempengaruhi tingkat kepadatannya setelah cincin persis terisi penuh dengan
benda uji lalu ditimbang kemudian benda uji dikeluarkan dari cincin, cincin
dibersihkan dan ditimbang (W1 gram) kemudian diukur diameter dalam cincin dan
tingginya untuk mengetahui volume tanah yang masuk ke dalam cincin penguji (V
cm3 ), jadi berat jenis tanah adalah :
( gram/cm3) (2-3)
Hasil pengujian Berat Isi dapat dilihat pada lampiran tabel data dan hasil pengujian pada lampiran 2.8.
dan 3.7.
2. Pengujian Tekan Bebas ( Unconfined Compression Test )
Pengujian ini terutama dilakukan
untuk tanah lempung atau lanau bila mana lempung tersebut mempunyai derajat
kejenuhan (Sr) 100% maka kekuatan geser dapat ditentukan langsung dari
nilai Unconfined. Jika Unconfined
Compression Streght = q, maka kekuatan geser undrened Cu = qu/z. Sedangkan qu
didapat dari hasil pengujian yaitu besar beban aksial persatuan luas pada saat
benda uji mengalami keruntuhan atau pada saat tegangan axial mencapai 20%.
Pengujian tekan bebas ini dikerjakan
dengan tahapan sebagai berikut :
a. Persiapan Benda Uji
Benda uji yang digunakan untuk
pengujian ini adalah benda uji tanah yang tidak terganggu yang telah dibawa
dari hasil pengeboran dilapangan.
Benda uji dipersiapkan sepanjang
dua kali diameter benda uji.
b. Persiapan
Peralatan dan Pelaksanaan Pengujian
Peralatan yang digunakan dalam
pengujian ini adalah satu set alat uji tekan bebas yang dilengkapi dengan
Proving Ring dan dial pengukur tekanan bebas Cqu, dial pengukur
regangan dan alat penggerak serta dua buah plat penghantar tekanan.
Penentuan besaran tekanan bebas (Cqu)
dilakukan dengan memasukkan benda uji yang telah dipersiapkan ke antara plat
penghantar beban, kemudian tekanan dibiarkan dengan kecepatan konstan sampai
mencapai regangan maksimum. Besar gaya yang
diberikan dibaca pada dial proving ring dan besar qu diperoleh dari gaya axial yang diberikan
dibagi luas penampang benda uji yang ditekan.
Hasil pengujian Tekan Bebas
(Unconfined Compression Test) dapat dilihat pada lampiran 2.9. dan 3.8.
3. Pengujian Geser Langsung ( Direct Shear Test )
Tujuan pengujian geser
langsung dimaksudkan untuk menentukan parameter perlawanan geser dari tanah.
Parameter yang dapat menunjukkan kemampuan tanah, untuk menerima gaya geser adalah harga
kohesi (c) dan sudut geser ø tanah untuk mendapatkan kohesi C dan sudut geser
suatu lapisan tanah diperlukan pengujian geser langsung.
a. Persiapan Benda Uji
Bahan uji yang digunakan untuk
pengujian ini adalah benda uji tanah tidak
terganggu yang telah diambil dari titik kedalaman tertentu dilapangan,
lokasi tanah yang akan ditentukan nilai kohesi dan sudut geser tanahnya.
b. Persiapan
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam
pengujian ini adalah satu set alat geser langsung terdiri dari proving ring
untuk mengukur tekanan geser, dongkrak untuk memberi tekanan, batu berpori
arloji / dial untuk menentukan besar pergeseran beban untuk memberikan tekanan
normal dan cincin tempat benda uji yang akan ditentukan nilai kohesi dan sudut
gesernya.
c. Penentuan besaran kohesi c dan sudut geser ø
Benda uji dimasukkan ke dalam cincin penguji dan di
beri tegangan vertikal yang konstan, kemudian diberikan
tegangan geser sampai tercapai besaran maksimum. Tegangan geser ini diberikan
dengan kecepatan bergerak yang konstan, secara perlahan – lahan sehingga
tegangan pori
diperkirakan tetap nol. Untuk mendapatkan nilai kohesi c dan sudut geser ø diadakan pengujian beberapa kali dengan
memakai nilai tegangan normal yang berbeda.
Hasil pengujian Direct
Shear Test dapat dilihat pada lampiran 2.10., dan 3.9.
4. Pengujian Triaxial (Triaxial Test)
Pengujian
triaxial adalah untuk menentukan parameter tanah berupa harga kohesi tanah (c dan c’) dan sudut geser dalam tanah (f dan f’), dengan Prosedur pelaksanaan
pengujian sebagai berikut :
§ Klep-klep yang menghubungkan alat triaxial dengan alat ukur tegangan
air pori dibuka, pasang batu pori pada alat triaxial.
§ Klep buret dibuka supaya air dari buret masuk ke dalam saluran
menuju alat triaxial.
§ Tutup klep buret bila batu pori sudah
jenuh air, pasang kertas filter di atas batu pori, membran karet dimasukkan dalam
strecher, pompa vakum membran karet menempel dalam dinding strecher. Sampel
dimasukkan dalam strecher dan membran diselubungkan di atas sampel diletakkan
silinder kaca dan di atas silinder kaca diletakkan butir penekan yang akan
meneruskan tekanan ke sampel.
§ Pada chamber ketiga baut dikencangkan, buka klep pada bagian atas
chamber, diisi dengan air hingga penuh
sampai tegangan sebesar σ3 kemudian ditutup klepnya.
§ Sampel dibiarkan dulu berkonsolidasi. Dial ring dan Null Indicator
dinolkan dengan menyetel srew control sehingga Hg pada berat tetap.
§ Kran pengukur tekanan air pori
dibuka, Triaxial dijalankan sehingga sampel menerima tegangan vertikal.
Pembacaan dial dan tegangan air pori
dilakukan tiap menit dan atur Hg agar posisi tetap. Pembacaan dial dilakukan
sampai sampel runtuh.
§ Pesawat triaxial dimatikan, Null Indicator dinolkan dan kran
reservoir dibuka, Chamber dibuka dan sampel dikeluarkan, Batu pori dibersihkan dan Pengujian ini dilakukan
pada tiga sampel.
Hasil pengujian triaxial
dapat dilihat pada lampiran 2.11. dan 3.10.
5. Pemeriksaan Konsolidasi (Consolidation Test)
a. Pemeriksaan
konsolidasi dimaksud adalah :
·
Untuk menentukan sifat
pemanfaatan dari suatu jenis tanah yaitu sifat perobahan perobahan isi dan
proses keluarnya air dari dalam pori
tanah yang diakibatkan adanya perubahan tekanan pertikal yang bekerja pada
tanah tersebut.
·
Mencari besaran-besaran dalam
perhitungan yaitu kecepatan konsolidasi dan besarnya penurunan tanah akibat
adanya perubahan tekanan.
·
Meramalkan besarnya penurunan
dilapangan (sebagai pendekatan) akibat struktur bangunan diatasnya.
b. Peralatan Yang Digunakan
·
Satu set konsolidasi yang
terdir dari , alat pembebanan dan alat konsolidasi
·
Arloji dengan
ketelitian 0,01 mm dan panjang
gerak tangki minimal 1,0 cm
·
beban-beban sebagai pemberat
·
Stopwach
·
Alat pengeluaran sample
(extruder)
·
Alat-alat pemotong, minyak
pelumas
·
Pemegang cincin sample
·
Kertas saring
·
Neraca dengan ketelitian 0,1 gr
·
Oven untuk mengeringkan sample
c. Prosedur Pengujian :
·
Cincin dikeringkan dan
dibersihkan kemudian ditimbang
·
Batu pori
dipasang pada bagian atas dan bawah dari cincin, sehingga benda uji yang telah
dilapisi kertas saring ter-apit oleh kedua batu pori tersebut
·
Cincin berisi sample dimasukkan
kedalam sel konsolidasi
·
Pasang alat penumpu diatas batu
pori
·
Letakkan sel konsolidasi yang
telah berisi sample pada alat konsolidasi sehingga bagian yang runcing dari
pelat penumpu menyentuh tempat pada alat penumpu
·
Atur kedudukan arloji pengukur
agar menunjukkan angka nol
·
Pasang beban I (1
kg), kemudian arloji
dibaca dan dicatat
pada waktu pada skala waktu
detik, menit dan jam
·
Setelah pembacaan menunjukkan
angka yang tetap (jam) dicatat penunjukan arloji
·
Pasang beban II (2x beban I)
kemudian catat penunjukan arloji pengukur
·
Dengan cara yang sama dilakukan
untuk beban yang berbeda-beda
·
Setelah pembacaan maksimum dan
pembacaan sudah tetap, beban secara bertahap dikurangi
·
Kemudian benda uji beserta
cincinnya dikeluarkan dari sel konsolidasi
·
Benda uji
dikeluarkan dan ditimbang,
kemudian dikeringkan didalam oven untuk mengetahui kadar airnya
d. Perhitungan dilakukan sebagai berikut :
·
Menghitung berat tanah basah,
berat isi dan kadar airnya, sebelum dan sesudah pengujian.
·
Menggambar grafik hasil
konsolidasi yaitu, grafik penurunan terhadap tekanan dan grafik angka pori terhadap tekanan
·
Untuk grafik penurunan terhadap
tekanan, maka pembacaan terakhir pada setiap pembebanan digambarkan terhadap
tekanan
·
Untuk grafik angka pori terhadap tekanan,
dilakukan beberapa perhitungan
·
Menghitung tinggi efektif benda
uji
(2-4)
(2-5)
(2-6)
(2-11)